By: Andi Agus Mumang, SKM
Beliau bernama asli Sulaiman bin
Al Asy’as bin Ishak bin Basyir bin Syaddad bin Amar Al adzi As Sijistani.
Beliau adalah seorang yang ahli dalam bidang hadist. Beliau lahir pada tahun
202 H di Sijistan. Sejak kecil beliau
dikenal sangat mencintai ilmu dan senang bergaul dengan para ulama. Ketika memasuki
usia remaja, beliau melakukan pengembaran meninggalkan tanah kelahirannya untuk
menimbah ilmu diberbagai Negara dan bisa bermulazamah dengan banyak ulama
dunia. Beberapa Negara yang beliau datangi diantaranya adalah Hijaz, Syam,
Mesir, Iraq dan Khurasan. Beliau pun berulang kali mengunjungi kota Baghdad yang
dikenal sebagai pusat ilmu untuk mengumpulkan hadist-hadist Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau juga
pada saat itu telah aktif mengajar sebagai guru hadist dan juga fiqh. Bahan
ajar yang beliau ajarkan berasal dari kitab yang beliau tulis sendiri.
Guru dan Murid Imam Abu Dawud
Guru tempat beliau menimba ilmu
sangat banyak. Diantaranya yang paling terkenal sebagai guru utama dari beliau
adalah Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal. Selain itu, beliau juga berguru
kepada Imam Bukhari dan Imam Muslim. Guru beliau yang lainnya adalah Utsman bin
Abi Syaibah, Utaibah bin said. Beliau juga memiliki guru khusus bernama Abu
Walid At-Toyalisi.
Selain guru, beliau tentunya juga
memiliki murid. Diantara murid-murid beliau yang terkenal adalah Abu Isa
At-Tirmidzi, Abu Abdurrahman An-nasa’i. Kedua muridnya ini kelak juga menjadi
tokoh hadist yang penting melalui karya-karya keduanya yang luar biasa dalam
sejarah ilmu hadist. Murid yang lainnya adalah putra beliau sendiri bernama Abu
Bakr bin Abu Dawud (kun’yah: Abdullah).
Sifat dan Kepribadian Imam Abu Dawud
Beliau rahimahullah memiliki sifat dan kepribadian sebagai ahli ibadah dan
sangat menjaga kesucian dirinya. Beliau pun seorang yang sangat sholeh dan wara’.
Bahkan sebagian ulama berkata bahwa Imam Abu Dawud sangat mirip watak dan
sifatnya dengan Imam Ahmad. Adapun Imam Ahmad sangat mirip dengan waqi. Waqi
sangat mirip dengan Sufyan bin At-sauri. Sufyan sangat mirip dengan Mansur.
Adapun Mansur sangat mirip dengan Ibrahim. Ibrahim sangat mirip dengan Al qama.
Sedang Al qama sangat mirip dengan Ibnu Mas’ud. Adapun Ibnu Mas’ud sangat mirip
dengan Rasulullah shallahu ‘alaihi wa
sallam.
Beliau pun punya cerita
tersendiri dalam berpakaian. Abu Dawud punya baju yang lengan kiri dan kanannya
berbeda, satunya sangat lebar dan satunya lagi sangat kecil. Lengan kanannya
sengaja dibuat lebar agar beliau bisa menyimpan kitabnya dan melindunginya sewaktu
membawanya. Adapun, yang lengan kiri dibuat dengan ukuran yang kecil dengan alasan
tidak perlu untuk dilebarkan. Melebarkannya menurut beliau adalah boros kain.
Pujian Ulama terhadap Imam Abu Dawud
Pujian ulama pada beliau sangat
banyak. Diantaranya beliau dipuji sebagai seorang ahli hadist, paham hadist dan
paham pula terhadap kecacatan suatu hadist. Berkata seorang perawi hadist Musa
bin Harun bahwasanya “Abu Dawud diciptakan untuk hadist dan diakhirat adalah surga untuknya". Dalam penyusunan kitab hadist beliau, beliau pun menuai pujian dari
seorang ulama dengan berkata : “Sesungguhnya hadist telah dilunakkan bagi abu
dawud, sebagaimana dilunakkannya besi bagi Nabi Daud as.” Bahkan berkata
seorang ulama ahli fiqh dari mahzab hanbali bahwasanya “Abu dawud adalah
seorang ulama yang sangat terkemuka di zamannya, menguasai beberapa bidang
ilmu, dan tidak seorang pun yang menandinginya dimasa beliau."
Adapun terkait mahzab fiqih
beliau, para ulama berbeda pendapat terkait hal ini. Berkata Abu Ishak
Asy-syirazi berkata bahwa abu dawud kedalam mahzab hanbali. Hal ini dikerenakan
alasan guru beliau yang paling dekat dengan beliau adalah imam ahmad bin
hanbal. Adapula yang mengatakan beliau bermahzab syafi’iyyah. Sebagian ulama
lainnya mengatakan bahwa beliau tidak memiliki mahzab melainkan seorang
mujtahid sendiri.
Kisah :
Sikap Abu Dawud yang memuliakan ilmu dan ulama ini
dapat diketahui dari kisah yang diceritakan oleh Imam al-Khattabi dari Abu
Bakar bin Jabir, pembantu Abu Dawud. Dia berkata: "Aku bersama Abu Dawud
tinggal di Bagdad. Di suatu saat, ketika kami usai melakukan shalat magrib,
tiba-tiba pintu rumah diketuk orang, lalu kubuka pintu dan seorang pelayan
melaporkan bahwa Amir Abu Ahmad al-Muwaffaq minta ijin untuk masuk. Kemudian
aku memberitahu Abu Dawud dan ia pun mengijinkan, lalu Amir duduk. Kemudian Abu
Dawud bertanya: "Apa yang mendorong Amir ke sini?" Amir pun menjawab
"Ada tiga kepentingan". "Kepentingan apa?" Tanya Abu Dawud.
Amir mengatakan: "Sebaiknya anda tinggal di Basrah, supaya para pelajar
dari seluruh dunia belajar kepadamu. Dengan demikian kota Basrah akan makmur
lagi. Karena Basrah telah hancur dan ditinggalkan orang akibat tragedi
Zenji."
Abu Dawud berkata:
"itu yang pertama, lalu apa yang kedua?" Amir menjawab:
"Hendaknya anda mau mengajarkan sunan kepada anak-anakku." "Yang
ketiga?" tanya Abu Dawud. "Hendaklah anda membuat majlis tersendiri
untuk mengajarkan hadits kepada keluarga khalifah, sebab mereka enggan duduk
bersama orang umum." Abu Dawud menjawab: "Permintaan ketiga tidak
bisa kukabulkan. Sebab derajat manusia itu, baik pejabat terhormat maupun
rakyat jelata, dalam menuntut ilmu dipandang sama." Ibnu Jabir menjelaskan:
"Sejak itu putra-putra khalifah menghadiri majlis taklim, duduk bersama
orang umum, dengan diberi tirai pemisah".
Hikmah :
Begitulah seharusnya,
ulama tidak mendatangi raja atau penguasa, tetapi merekalah yang harus
mengunjungi ulama. Itulah kesamaan derajat dalam mencari ilmu pengetahuan.
Beliau menuliskan kitab hadist
yang dikenal dengan nama sunan abu dawud. Kitab sunan ini berisi tentang
hadist-hadist yang terkait hukum fiqh. Beliau mengumpulkan hadist-hadist yang derajatnya
shohih/hasan dalam kitabnya. Adapun ketika hadist tersebut dhoif beliau
jelaskan. Namun, ketika hadist tersebut beliau diamkan maka hadist tersebut
boleh dijadikan hujjah. Adapun jumlah hadist dalam kitab sunan beliau sejumlah
4800 hadist. Syarah sunan abu dawud yang terkenal adalah Ma’alimu Sunan, Ainul
Ma’bud ala Sunan Abu Dawud. Adapun muktasar dari kitab beliau yang terkenal
adalah Muktasar Al-Mundziri yang kemudian diperbaiki oleh Imam Ibnu Qoyyim Al
Jauziah dan juga disyarah oleh beliau.
Imam abu dawud wafat pada 16 syawal 275 H.
No comments:
Post a Comment