Search Blog

Translate

SPONSOR

Friday, November 25, 2016

PENDIDIKAN SPIRITUAL, INTEGRITAS PENDIDIKAN YANG PUDAR !


By : Andi Agus Mumang, S.KM
    Era globalisasi merupakan era dimana terjadi perkembangan yang sangat pesat dalam semua sendi-sendi kehidupan. Diantaranya pendidikan, teknologi, sosial, budaya dan lain-lain. Tentunya, hal ini merupakan kabar gembira bagi generasi yang hidup dizaman ini. Semakin canggih dan modernnya kehidupan diera ini, mampu mengubah cara pandang dan perilaku konvensional menjadi serba modern. Inilah dampak dari arus globalisasi. Dalam dunia pendidikan pun hal ini sangatlah terasa. Begitu banyak inovasi dan kreativitas yang dilakukan guna semakin meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini telah menjadi sebuah keharusan yang mutlak sebagai konsekuensi dari pesatnya perkembangan arus globalisasi. Sederhananya, integritas ditengah gelombang arus globalisasi harus senantiasa dipertahankan.
           Indonesia sebagai sebuah Negara yang selalu berusaha memenuhi amanat bangsa sebagaimana yang tertera dalam UUD 1945 salah satunya yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Tentunya, cara untuk mewujudkan amanat tersebut adalah dengan pendidikan yang unggul. Pendidikan yang unggul dapat diperoleh melalui pendidikan yang senantiasa mampu menerapkan konsep kecerdasan yang bersifat komprehensif yang terintegrasi kedalam 3 hal yaitu kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Ketiga komponen kecerdasan inilah yang diharapkan menjadi pondasi pendidikan bangsa Indonesia sehingga kelak akan mampu melahirkan generasi-generasi bangsa sesuai dengan yang diamanatkan dalam UUD 1945.
        Idealitas pendidikan yang diharapkan memenuhi 3 komponen tersebut seiring dengan tuntutan globalisasi yang kian membuncah berimplikasi pada realitas ketidaksejajaran tumbuh kembang ketiga komponen tersebut. Alhasil, efek dominasi pada satu komponen menjadi sebab keterbelakangan komponen lainnya. Tuntutan globalisasi yang mengharuskan kita untuk melek intelektual menjadikan efek dominasi kecerdasan intelektual menjadi lebih condong ketimbang kecerdasan emosional dan spiritual. Realitas ini memberikan kenyataan yang cukup pahit bagi kesejajaran integritas ketiga komponen yang memotori pendidikan kita. Mengapa demikian? Tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataan melek intelektual yang berkembang dikalangan bangsa kita merupakan sebuah anugrah yang luar biasa. Jika hendak dibandingkan dengan Indonesia dimasa silam tentulah perbandingannya sungguh tidak ada apa-apanya dengan Indonesia dimasa sekarang. Dalam hal ini termasuk pula pendidikannya. Generasi yang tumbuh semakin cerdas menjadi hal yang patut diacungi jempol. Namun disisi lain, perspektif yang menyatakan bahwasanya ototoritas intelektual dianggap telah mampu menjadi ujung pangkal keutuhan pendidikan di Indonesia justru disinilah letak kekurangannya. Sebab, gambaran pendidikan bukan hanya dilihat dari sisi intelektualitas saja. Namun, aspek yang lain pun menjadi penentu. Sebut saja aspek emosional dan spiritual. Pionir-pionir pendidikan ini harus terus saling bahu membahu dan terintegrasi secara kontinu demi menciptakan sendi keutuhan pendidikan yang komprehensif.  
         Namun, kenyataan yang terjadi saat ini, keberadaan kecerdasan emosional dan intelektual sudah bukan merupakan sesuatu yang dipandang urgen bahkan cenderung disepelekan. Coba kita lihat bagaimana wajah pendidikan spiritual saat ini. Hampir-hampir perhatian bangsa kita terhadap pendidikan spiritual memudar. Bahkan institusi-institusi pendidikan formal di level atas semisal SMA dan Peguruan Tinggi (PT), mulai kehilangan integritas pendidikan spiritualnya. Alasan utama yang sering muncul kepermukaan saat kita mempertanyakan soal mengapa perhatian terhadap kecerdasan spiritual dilevel atas cenderung berkurang adalah bahwasanya hal tersebut sudah menjadi taggung jawab dari institusi pendidikan dilevel bawah yaitu PAUD, TK dan SD. Sejak usia dinilah penanaman spiritual itu seharusnya ditanamkan, sehingga ketika memasuki jenjang usia dewasa maka hal ini semestinya tidak lagi menjadi perhatian utama/ paling tidak bukan lagi menjadi domain pendidikan usia dewasa. Jika seperti ini alasannya, maka kenyataan yang harus dihadapi adalah pendidikan spiritual itu hanya menjadi penting diusia dini saja. Sebenarnya, penanaman pendidikan spiritual diusia dini merupakan sebuah tindakan yang benar dalam pendidikan akhlak/moral bangsa kita. Namun, ketika diusia dewasa pendidikan ini jutru disurutkan/diacuhkan, maka tindakan inilah yang justru akan menjadikan efek sinergitas terhadap integritas komponen pendidikan mengalami overlapping. Inilah yang kemudian akan melahirkan efek yang cenderung destruktif terhadap keutuhan pendidikan kita. Salah satunya efek dominasi yang menjadikan integritas komponen pendidikan berat sebelah sehingga melahirkan kesenjangan pada aspek yang lain. Contoh sederhana, lahirnya generasi yang cerdas intelektual namun memiliki akhlak/moral prematur. Selain itu, akan banyak bermunculan generasi “robot”. Tentulah ini semua efek dari purdarnya integritas pendidikan spiritual bangsa kita.
            Jika kita berbica hirarki pendidikan, maka akan kita temukan aspek spiritual hanya dominan dilevel bawah namun semakin tumpul dibagian atas. Sedangkan, aspek intelektual sebaliknya. Model yang tumpang tindih seperti inilah yang menjadi sebab pudarnya integritas keutuhan pendidikan kita yang seharusnya diberlakukan secara simultan. Ditengah krisis akhlak dan moral yang menimpa bangsa kita saat ini, dengan integritas komponen pendidikan yang tidak seimbang justru akan berdampak negatif pada ketercepaian amanat bangsa kita dalam UUD 1945. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dalam segala aspek kebangsaan itu sendiri. Aspek yang dibutuhkan oleh sebuah bangsa untuk bisa menjadi bangsa yang unggul dan maju dalam peradaban diantaranya adalah aspek intelektualitas dan aspek moralitas. Kehadiran dunia pendidikan seharusnya mampu memberi efek yang komprehensif bagi pembangunan kecerdasan bangsa. Desain pendidikan yang terintegrasi secara simultan dan komprehensif antara komponen-komponen pembangunnya tanpa adanya  komponen yang didominankan atau sengaja dipudarkan maka hal ini akan menjadikan wajah pendidikan kita semakin bersinar dan tentunya keinginan mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat UUD 1945 bukan hanya akan menjadi sekedar upaya belaka namun, dapat menjadi sebuah kenyataan yang akan kita banggakan kelak.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts