Sebagian kaum salaf dalam doanya
berkata :
“Tuhanku, manusia yang hidup pada zaman mana yang tidak pernah berbuat
salah terhadap-Mu? Kemudian nikmat dan rezeki-Mu tetap diberikan kepadanya.
Maha suci Engkau, betapa Mahakasihnya Engkau!!! Demi kemulian-Mu, sesungguhnya
Engkau telah didurhakai, namun nikmat-Mu tetap melimpah, dan rezeki-Mu tetap
diberikan , seakan engkau, wahai Tuhanku, tidak pernah murka.”
Jika kita memperhatikan doa yang
dipanjatkan oleh para salaf terdahulu, sugguh mereka penuh kesungguhan
bermunajat kepada Allah. Perkataan mereka sungguh menyentuh hati. Mereka begitu
tahu akan ketergantugannya kepada Allah. Mereka juga tahu bahwa Allah akan
selalu menjadi sutradara dalam kehidupan mereka yang skenarionya telah lengkap
diatur oleh-Nya. Sehingga tindak tanduk kehidupan salaf terdahulu begitu mulia
dengan rasa takut dan pengharapan serta cinta yang begitu besar kepada Allah azza wa jalla.
Muatan doa yang dilantunkan oleh
salaf tersebut berisi ketulusan akan pemuliaan tertinggi kepada
kemahabijaksanaan Allah subhanahu wa ta’ala.
Mereka yang begitu yakin bahwa rahmat Allah mendahului kemurkaan-Nya. Sehingga sekalipun
mereka menyadari bahwa manusia adalah sumber kelemahan dan kerapuhan akan
maksiat, mereka tetap meyakini bahwa Allah tetap maha pengasih akan nikmat dan
rezeki-Nya. Mereka memuliakan Allah dengan senantiasa memuji Allah dengan
segala pujian keagungan. Persangkaan baik yang mereka miliki kepada Allah
menunjukkan pemuliaan yang begitu tinggi kepada Allah. Sungguh mereka begitu
sadar akan kebaikan Allah. Sikap hamba yang begitu banyak menentang perintah
dan ajakan tuhan-Nya, bahkan begitu seringnya mereka durhaka. Namun, hal
tersebut tidak berarti Allah akan menunjukkan kemurkaan-Nya dengan menahan
nikmat dan rezeki-Nya. Seolah menunjukkan bahwa Allah tak pernah murka.
Hikmah dari doa diatas setidaknya
ada 2 hal yaitu :
- Manusia seharusnya
selalu sadar bahwa mereka adalah golongan mahluk yang Allah ciptakan yang tidak
luput dari kesalahan. Namun, bukan berarti kemudian itu menjadi alasan manusia
merasa bangga untuk menentang perintah Allah lalu berhujjah dengan kelemahannya
itu. Justru seharusnya dengan segenap kelemahan itu, manusia menjadi
termotivasi untuk senantiasa meminta pertolongan kepada Allah atas
kelemahan-Nya itu.
- Manusia berbuat
kesalahan, namun Allah tidak mencabut nikmat mereka. Ini menunjukkan bahwa
betapa Allah mendahulukan rahmat-Nya diatas kemurkaan-Nya. Sekalipun berhak
bagi Allah untuk murka, namun karena kecintaan-Nya yang begitu tulus kepada
para hambanya menjadikan-Nya seolah membungkam kemarahan-Nya. Inilah kesempurnaan
sifat Allah yang maha tinggi atas kemulian-Nya. Maka, sungguh manusia yang
menyangka bahwasanya Allah membenci dan keras terhadap hamba-Nya, cukuplah
pernyaatan para salaf diatas yang menggugurkan segala persangkaan itu.
Mari berlajar dari salaf
saudaraku !!!
No comments:
Post a Comment