By : Andi Agus Mumang, S.KM
Awal mula sebelum para tokoh
epidemiologi lahir, masyarakat primitif sangat bergantung pada kondisi dan
kekuatan alam. Hal ini dikarenakan kerena wawasan mereka yang masih sangat primitif
sehingga belum mampu untuk menguak berbagai misteri alam. Segala kejadian (bencana)
yang terjadi di kehidupan mereka diyakini karena kesalahan mereka sendiri atau
sebab kemarahan para roh leluhur mereka. Olehnya, mereka selalu berupaya untuk
menjadikan agar roh leluhur mereka tidak murka melalui hubungan yang baik
terhadap sesama mereka dan terhadap roh leluhur mereka. Mereka juga melakukan
penyembahan atau ritual supranatural untuk mendekatkan diri kepada roh leluhur
mereka dan menyenangkannya. Hal ini menjadikan peran dukun atau pemilik
kekuatan supranatural menjadi dominan pada saat itu dan dianggap pula sebagai
tokoh pelindung. Pemahaman mereka mengenai proses terjadinya penyakit dikaitkan
dengan sebuah kekuatan supranatural atau dengan kata lain dikenal sebagai teori
supranatural (supranatural theory).
Konsep pemikiran seperti ini
sangatlah susah untuk ditelaah oleh masyarakat modern saat ini. Alasannya,
karena teori ini sulit untuk dibuktikan melalui fakta empiris. Akhirnya muncul
seorang penggagas epidemiologi seperti Hipocrates (460-377 SM) yang kemudian
dikenal sebagai ahli epidemiologi pertama yang menulis buku “Epidemic I, Epidemic II, dan On Airs, Waters and Places. Dalam bukunya
tersebut ia menyatakan :
“Whoever wishes to investigate medicine properly, should proceed thus:
in the first place to consider the seasons of the year, and what effects each
of them produces for they are not all alike, but differ much from themselves in
regard to their change. Then the winds, the hot and cold, especially such as are
common to all countries, and then such as peculiar to each locality”
“”
Hipocrates menyimpulkan bahwa
penyakit itu berasal dari banyak faktor diantaranya lingkungan seperti tempat,
udara, air dan gaya hidup mendasari sebuah teori penyakit dipengaruhi oleh
faktor lingkungan yang dikenal dengan hipocrates
theory. Kemudian Galen (129-199 SM) adalah seorang dokter bedah dari Italia
yang menyempurnakan teori hipocrates dengan menambah procatartic factor dan temperament
yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Galen menjelaskan procatartic factor merupakan gaya hidup
seseorang dan temperament merupakan
sifat seorang menyikapi sesuatu objek.
Hipocrates menjelaskan peran
tubuh terhadap penyakit karena keseimbangan elemen tubuh itu seperti darah,
air, udara dan empedu, namun Galen menuliskan dalam teorinya bahwa sakit
disebabkan tidak hanya karena ketidakseimbangan unsur tubuh seperti yang
dikatakan oleh Hipocrates. Namun, juga adanya faktor gaya hidup dan sifat
pribadi yang mempunyai hubungan terjadinya kerentanan tubuh terhadap penyakit
tertentu.
Selang beberapa tahun setelah 2
teori ini muncul, kemudian lahirlah teori baru yang menolak 2 teori tersebut.
Teori ini dinamakan miasma theory.
Miasma menganggap bahwa penyakit muncul disebabkan oleh air tergenang, angina malam
dan udara kotor hasil perut bumi, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap
kesehatan masyarakat. Berbagai hal yang tidak masuk terkait teori ini adalah
karena penyakit itu dapat diusir melalui bunyi-bunyian seperti lonceng, gong,
dll.
Teori ini dipercayai oleh
masyarakat dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga para ahli epidemiogi
yang hidup di masa tersebut melakukan dan mengembangkan berbagai eksperimen
untuk menjawab fakta secara empiric. Diantaranya ada Thomas Sydenham
(1624-1689) dengan konsepnya bahwa penularan penyakit disebabkan oleh kontak
dengan penyakit. Walaupun demikian, teori ini banyak menuai kontra. Namun, Noah
Webster (1758-1843), seorang Ahli Epidemiologi dari Amerika lebih fokus
mengkaji faktor lingkungan. Kajian Webster memperoleh titik terang ketika
mengamati influenza dan demam kuning. Ia menemukan adanya hubungan antara
penyakit tersebut dengan lingkungan. Sehingga hasil penelitiannya dituliskan
dalam buku Epidemic and Pestilential
Diseases. baca selanjutnya
Bersambung…
Referensi :
- Hadisaputro S, Nizar M, Suwando A. 2011. Epidemiologi Manajerial, Teori dan Aplikasi. Semarang: BP Univesitas Diponegoro Semarang.
No comments:
Post a Comment