EPISODE 1
By : Andi Agus Mumang, S.KM
Mendadak
langit menjadi gelap, sepertinya senja kan berlalu dan malam akan segera
datang. Saat ini, tanganku masih bergeliriya diatas barisan alfhabet keyboard
yang kupakai mengetik. Sesekali meremas-remas jemari tanganku. Sekedar melepas
kepenatan sesaat. Sepertinya, tulang-tulang jemari tanganku sedang kehabisan
tenaga-nya. Tapi, sekali lagi jiwaku masih terpaku dihadapan layar putih ber-frame
hitam yang sejak saat tadi meradiasi wajahku. Yah, apa lagi kalau bukan
dihadapan notebook bermerek hp. Langit mulai semakin menghitam,
namun aku masih bertahan duduk dihadapannya. Tak terasa sejak matahari
menyingsing diufuk, adzan magrib tanda berakhirnya sore pun berkumandang.
Kuhentikan sejenak. Aku baru sadar, ternyata aku belum sempat mandi sejak pagi
tadi. Wow, hanya bisa bergumam, “Sepertinya aku lupa mandi lagi!” Segera aku
bergegas meninggalkan notebook tua
itu dengan wajahku yang terasa mengkerut. Sepertinya, begitu banyak aurahku
yang tersedot oleh layar kaca persegi itu.
Aku alirkan
air dari penampungan kemudian menyeka wajahku sekaligus mengambil air wudhu.
Adzan magrib telah usai, tidak perlu menunggu 5 menit, iqamat akan segera
berkumandang. Segera ku bergegas, ternyata iqamat pun akhirnya menggema dari
mikrofon masjid dekat rumahku. Jurus kilat pun aku keluarkan, menembus pagar
rumah dengan cepat. Tenang tapi bersegera, langkah kakiku sedikit gegas.
Suasana usai sholat magrib terasa seperti biasa, keheningan dan ketenangan yang
luar biasa mengalir diseluruh tubuhku, me-refresh
seluruh sel-sel tubuhku, terasa seperti handpone
android milikku yang baru saja terisi penuh. Masyaallah!. Langkahku mengayun keluar dari masjid kecil itu,
manusia yang datang ramai sekali waktu itu (yagh, namanya juga sholat magrib).
Berduyun-duyun langkah para jama’ah sholat keluar meninggalkan masjid itu. Kembali
ke sarang-sarang hunian mereka. Langkahku dipertengahan, saat kondisi mulai
sedikit sepi, aku melangkah keluar menuruni anak tangga masjid itu.
Pemandangan
sudah gelap. Namun, langit masih sedikit jelas dengan kecerahan yang hampir
mencapai nol persen. Sepertinya, malam ini sang bulan akan kembali menjadi
pelita bagi sang malam. Suasana hiruk pikuk terdengar samar hanya di dalam
rumah-rumah yang kulewati sepanjang perjalanan pulangku. Sepertinya, semua
orang sibuk dirumah mereka masing-masing. Pandanganku menoleh keatas, sesekali
kutarik dalam nafasku, menikmati kesegaran malam yang baru saja mekar. Entah
dilangit saat itu yang kulihat adalah seekor dua ekor kelelawar, ataukah
mungkin burung. Sepertinya, mereka pun harus segera bergegas pulang atau
mungkin mereka baru saja memulai pengembaraan malam mereka. Lampu persimpangan
jalan dekat rumahku pun telah menyala, cukup terang malam ini. Jarak yang hanya
kurang lebih 100 meter dari rumahku ke masjid, membuatku tidak banyak menatap
malam. Akupun sudah sampai dihunianku.
Aku kembali
duduk ke posisi semula. Kuhadapkan kembali mataku padanya, mengulang sejarah
yang kulakukan sejak tadi pagi. Inilah awal aku memulai skenario hidupku. Mengasah
kemampuan otak dan fisik ku dihadapan rekan kerjaku. Waktu menjadi tidak terasa
berlalu karenanya. Sedikit membosankan, namun bagiku mulai terasa nyaman. Aku
hanya ingin melepaskan apa yang aku pikirkan. Dan hanya dia yang menerima semua
apa yang aku pikirkan. Sesekali aku tersenyum. Ini baru awal dari skenario
hidupku. Awal aku mulai menyadari betapa berharganya setiap episode-episode
dalam hidupku. Aku tidak akan membiarkannya hanya menjadi ingatan yang berlalu.
Sejarahku cukup bagus untuk sekedar menjadi memori belaka. Saat ini, disinilah
aku mulai menulis “Skenario Hidup-ku”.
(beberapa bulan yang
lalu saat semuanya baru akan dimulai…)
“Aku hidup
untuk apa?”, tegasku.
“Rasanya
lelah tidak berbuat apa-apa!”, tegasku kembali
Menyedihkan rasanya
menjadi seseorang yang hanya larut dalam dunia dongengnya dan lupa mengisi
dunia yang nyata tempat dimana ia hidup. Aku terlalu banyak bermimpi, namun
lupa untuk sadar. Meski mataku terbuka aku hanya terus bermimpi. Inilah yang
kurasa menyedihkan. Mana bisa hidupku diakhiri dengan hanya sekedar bermimpi omong
kosong tanpa berbuat apa-apa. Saatnya
adalah membuka lembaran baru. Setidaknya, sebelum semua terlambat.
Aku bukan Tuhan , tapi Tuhan pun tak akan berbuat pada diriku
yang lupa sadar!
To be
continued………
No comments:
Post a Comment