By: Andi Agus Mumang, S.KM
Pagi itu, dikala malam menyerah pada cahaya yang menyingsing diufuk
Kuhadapkan wajahku lurus menatap cakrawala
Cahaya bintang mulai pudar satu persatu, nampak ia sedang mengubah wajahnya
Ku dudukkan diriku diatas sebuah jalanan kayu
Waktu itu masih terasa sepi, hanya nyanyian ombak diikuti oleh alunan sang angin pagi
Sang fajar mulai hidup...
Ditemani surya yang menjadi tanda mulanya pag
Awan menggumpal bersusun mengerumuni langit
Berlari-lari kecil, meninggalkan jejak tipis bak kabut tembus pandang
Langit saat itu melukis wajahnya, hanya saja kuas lukisnya tak berwujud
Mahakarya Sang Agung, pemilik yang berkuasa...
Tak jauh dari pandangku, nampak pulau dengan jubahnya yang hijau
terapung kokoh diatas laut yang sejak tadi menggulung sang ombak
Terasa indah terpandang disudut kejauhan sana
Ingin kujajaki namun, nafasku tak setahan ikan dilautan
Perahu kecil berlayar mencari puing-puing rejeki
Bunyi mesinnya yang ramai, sesekali mengabur khayalku
Mataku mengikuti arah lajunya, sang nelayan tampak ingin berburu
Menaruh harapan pada pemilik sang pagi, harapan yang membuatnya bertaruh nyawa
Inilah fenomena sang pagi, yang kurekam dalam memori pikirku
Betapa keindahan nan sarat hikmah, sejak fajar menyingsing di ufuk
Tak terasa sinarnya menyapa dan menghangatkanku
Ku berdiri, meninggalkan tempatku...
Pulau Camba-Camba: Inilah kisah "Sang Pagi, di Surga Para Nelayan"
No comments:
Post a Comment