By: Andi Agus Mumang, S.KM |
Prevalensi obesitas anak di Indonesia terutama pada balita
adalah 12,2% (Riskesdas, 2007). Angka ini terbilang sangat subtansial. Jika
diasumsikan bahwa proporsi anak balita adalah 10% dari total populasi yang
ditaksir sebanyak 230 juta jiwa, maka diperoleh angka sebesar 3 juta anak
Indonesia yang menderita obesitas. Jika dilihat dari kacamata epidemiologi, determinan
kejadian obesitas ini adalah kondisi sosial ekonomi dan kawasan/lingkungan
tempat tinggal. Kondisi sosial ekonomi menengah keatas dan daerah tempat
tinggal yang berada dikawasan perkotaan (urban) kerap menjadi faktor yang
memicu munculkan kasus obesitas. Selain
itu, terdapat penyebab lain penyebab kasus obesitas pada anak. Obesitas juga
akan menimpa seorang anak ketika dalam usia kandungan. Tak jarang didapatkan
ibu hamil melahirkan anak dengan berat lebih dari 4 kg. Hal ini disebabkan
karena pola konsumsi ibu sewaktu hamil yang berlebihan kemudian berefek pada
kenaikan berat badannya dan juga bayi dalam kandungannya. Selain itu, kondisi
ini juga diperparah ketika anak dalam masa pengasuhan. Persepsi ibu yang salah
mengenai asupan gizi pada anaknya menyebabkan terjadinya kegemukan. Persepsi
umumnya para ibu adalah menginginkan anaknya kelihatan berisi dan montok.
Sehingga hal ini mendorong ibu menghentikan pemberian asi kepada anak dan
beralih pada pemberian susu formula karena dipercaya lebih ampuh memberikan
dampak yang instan. Bahkan kurangnya pengetahuan tentang gizi anak, menjadikan
sebagian besar ibu tidak mampu menilai kondisi proporsional tubuh anaknya.
Sehingga berat badan yang normal acapkali dianggap kurang. Alhasil, para ibu
sering tidak sadar bahwa kondisi anaknya telah masuk dalam kategori obes.
Kondisi obesitas yang
dialami pada usia anak kerap menjadi perhatian serius dikarenakan adanya kemungkinan
untuk mengalami kegemukan saat diusia dewasa. Prof. Veny Hadju (Guru Besar Ilmu
Gizi FKM Unhas) mengatakan dalam sebuah tulisannya bahwa lebih dari sepertiga
anak balita akan mengalami kegemukan diusia dewasanya. Tentunya, hal ini harus
segera ditangani karena akan menjadi ancaman yang sangat serius untuk masa
depan Indonesia. Hal yang tentunya akan disesali oleh bangsa ini kedepan adalah
jikalau generasi-generasi pelanjut bangsa telah mengalami berbagai macam
penyakit degeneratif diusia mudanya disebabkan oleh obesitas. Sehingga hal ini
akan mengancam produktivitas hidup generasi mendatang dan menurunkan angka
harapan hidup. Dampak secara simultan pun akan dirasakan terutama terhadap
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan bangsa dan negara dimasa mendatang.
Disinilah peran para pakar kesehatan terutama pakar gizi untuk senantiasa memberikan
kontribusi yang nyata berupa pelayanan gizi kepada masyarakat terutama para
ibu. Tindakan preventif dini menjadi solusi terbaik untuk mengurangi prevalensi
kasus obesitas. Tindakan tersebut dapat berupa edukasi gizi dan pelayanan gizi
yang terpadu bagi para ibu dan anak. Peran sentral keluarga terutama ibu adalah
kunci utama dalam mewujudkan keluarga sejahtera tanpa obesitas.
No comments:
Post a Comment