By : Andi Agus Mumang, S.KM
Selanjutnya, adalah teori
Kontangion dan Teori Penyakit. Setelah berkembangnya ilmu epidemiologi, mampu
untuk memberikan penjelasan terkait teori-teori yang telah ada sebelumnya.
Seperti menjelaskan tentang penolakan terhadap Teori Miasma, dan penerimaan
terhadap Teori Hipocrates dan Galen. Maka, mulailah dilakukan pendalaman
terhadap berbagai temuan Hieronymous Fracastorius (1478-1553), Thomas Sydenham,
Webster yang menyatakan bahwa penyakit disebabkan oleh adanya mikroorganisme.
Hieronymous Fracastorius
merupakan seorang ahli Epidemiologi berkebangsaan Italia, menyatakan bahwa
penyakit ditularkan secara kontak langsung dari orang ke orang. Teori inilah
yang dikenal dengan istilah transmission
process “contagion” dalam buku aslinya ditulis des res contagiosa. Teori ini didasari oleh pengamatannya tentang
penyakit sifilis di Kota Prancis. Selain itu, seorang Direktur Rumah Sakit
Hongaria bernama Igmatz Semmelweis (1818-1865) melakukan pengamatan terhadap
kejadian demam nifas setelah dioperasi. Ternyata, penyakit tersebut disebakan
oleh nosocomial infection akibat
adanya kontak, sehingga dokter menganjurkan prosedur cuci tangan sebelum
menolong persalinan.
Selanjutnya, pesatnya
perkembangan ilmu Epidemiologi, Edward Jenner dengan konsep germ theory. Teori ini bermula dari
eksperimen yang dilakukannya pada penyakit cacar di tahun 1700 yang berhasil
menemukan vaksin cacar sebagai upaya pencegahan paling efektif virus cacar.
Lois Pasteur yang merupakan seorang pakar kimia hidup tahun 1827-1912 menemukan
konsep pasteurisasi. Konsep ini dikenalkan ketika mengamati proses fermentasi. Salah
satu proses fermentasi yang diamatinya adalah pertumbungan ragi pada anggur. Ketika
ragi telah tumbuh pada anggur yang awalnya kecil kemudian banyak, proses
tersebut ternyata dimanfaatkan oleh ragi dengan menyerap kandungan gula pada
anggur hingga anggur tersebut hancur kemudian menghasilkan limbah berupa alkohol.
Ketika peningkatan kadar alkohol menjadi 15%, ragi tersebut mati.
Selanjutnya, pengamatan dilakukan pula oleh Pasteur
pada penyakit cacar, kolera, antraks dan rabies. Tahun 1885, akhirnya beliau
menemukan vaksin rabies untuk keperluan dalam pencegahan penyakit rabies. Tokoh berikutnya adalah Robert
Koch, penemu basil TB yaitu Mycrobacterium
tuberculosis. Awalnya, dia mengembangkan tuberculin untuk keperluan vaksin
TB, namun justru menghasilkan test yang menjadi penegakan dalam diagnose TB. baca sebelumnya
Bersambung…
Referensi :
- Hadisaputro S, Nizar M, Suwando A. 2011. Epidemiologi Manajerial, Teori dan Aplikasi. Semarang: BP Univesitas Diponegoro Semarang.
No comments:
Post a Comment